Introduction

Rabu, 31 Juli 2013

Fungsi DNA
Dalam perkembangan suatu organisme, penentuan perkembangan fenotipnya ditentukan oleh protein. Dalam hal ini fungsi protein ditentukan oleh sekuen asam amino, di mana susunan dari sekuen-sekuen tersebut ditentukan oleh DNA.
Dalam menentukan sekuen-sekuen asam amino, DNA mengandung sandi genetik untuk setiap jenis asam amino. Masing-masing asam amino ditampilkan oleh 3 pasang basa (triplet) yang disebut dengan kodon. Urutan-urutan kodon pada sekuen DNA itulah yang mencerminkan urutan asam amino yang akan dirakit menjadi suatu rantai protein.
Replikasi DNA merupakan proses perbanyakan DNA, di mana dalam perbanyakan tersebut melibatkan berbagai macam enzim. Setiap enzim mempunyai fungsi tertentu, misalnya: 1) terdapat enzim yang menangkap nukleotida 2) enzim yang memasangkan dengan basa sesuai templat 3) enzim yang membentuk ikatan fosfodiester pada tulang punggung gula fosfat baru dan sebagainya
Secara garis besar proses terjadinya sintesis protein mengalami beberapa langkah sebagai berikut.
  1. DNA menyampaikan informasi ke ribosom, dengan cara enzim-enzim seluler membuat salinan/copy, sehingga dapat dibaca oleh ribosom. mRNA yang merupakan salinan copy gen tersebut akan membawa sandi genetik yang kemudian digunakan untuk mensintesis protein dalam ribosom.
  2. Kodon pada mRNA dikorelasikan dengan asam amino yang seharusnya. Tahapan dilakukan oleh tRNA (RNA transfer).
  3. Asam amino disambungkan untuk membentuk rantai protein fungsional oleh ribosom, selanjutnya ribosom melepaskan protein ke dalam sel.


Selasa, 16 Juli 2013


VITAMIN  E
            Vitamin E ditemukan pada tahun 1922, oleh Evans dan Bishop, dengan istilah tokoferol (dari bahasa Yunani, tocos berarti kelahiran anak dan phero berarti mengasuh). Vitamin E adalah nama umum untuk semua metil-tokol,  jadi istilah tokoferol bekan sinonim dari dari vitamin E, namun pada praktek sehari-hari, kedua istilah tersebut disinonimkan.
            Terdapat enam jenis tokoferol, α (alfa), ß (beta), γ (gama), δ (delta), ρ (eta), λ (zeta), yang memiliki aktivitas bervariasi, sehingga nilai vitamin E dari suatu bahan pangan didasarkan pada jumlah dari aktivitas-aktivitas tersebut. Tokoferol yang terbesar aktivitasnya adalah tokoferol alfa.
Struktur Vitamin E
Strktur kima tokoferol alfa diperlihatkan pada Gambar 1.
tokoverol
   Gambar 1. Struktur kimia α -tokoferol
Sifat-sifat vitamin E
            Stabilitas kimia vitamin E mudah berubah akibat pengaruh berbagai zat alami. Minyak tak jenuh, seperti minyak hati ikan cod, minyak jagung, minyak kacang kedele, minyak biji bunga matahari, semuanya mempertinggi kebutuhan vitamin E. Hal ini terjadi jika minyak-minyak tersebut mengalami ketengikan oksidatif dalam makanan. Bila minyak-minyak tersebut tengik sebelum makanan dimakan, maka berarti telah terjadi kerusakan vitamin E dalam minyak dan dalam makanan yang mengandung minyak tersebut. Garam-garam besi, seperti feriklorida, kalium ferrisianida bersifat mengoksidasi tokoferol. Nitrogen klorida dan klor dioksida pada konsentrasi yang biasa digunakan untuk memutihkan tepung akan merusak sebagian besar tokoferol yang terdapat dalam tepung. Pembuatan tepung menjadi roti akan merusak 47% tokoferol yang terdapat dalam tepung.   
Manfaat Vitamin E
Fungsi metabolik vitamin E dalam tubuh antara lain (1) sebagai antioksidan; (2) dalam pernapasan jaringan normal, berperan membantu fungsi sistem sitokrom oksidase atau untuk melindungi susunan lipida di dalam mitokondria dari kerusakan oksidasi; (3) dalam reaksi fosforilasi normal, terutama ikatan energi fosfat, seperti kreatin fosfat dan adenosin fosfat; (4) dalam metabolisme asam nukleat; (50 dalam sintesis vitamin C, dan (6) dalam metabolisme asam amino bersulfur. 
Fungsi utama vitamin E di dalam tubuh adalah sebagai antioksidan alami yang mambuang radikal bebas dan molekul oksigen. Secara partikular, vitamin E juga penting dalam mencegah peroksidasi membran asam lemak tak jenuh. Vitamin E dan C berhubungan dengan efektifitas antioksidan masing-masing. Alfa-tokoferol yang aktif dapat diregenerasi dengan adanya interaksi dengan vitamin C yang menghambat oksidasi radikal bebas peroksi. Alternatif lain, alfa tokoferol dapat membuang dua radikal bebas peroksi dan mengkonjugasinya menjadi glukuronat ketika ekskresi di ginjal.
Vitamin E adalah vitamin yang larut dengan baik dalam lemak dan melindungi tubuh dari radikal bebas. Vitamin E juga berfungsi mencegah penyakit hati, mengurangi kelelahan, membantu memperlambat penuaan karena vitamin E berperan dalam  suplai oksigen ke darah sampai dengan ke seluruh organ tubuh. Vitamin E juga menguatkan dinding pembuluh kapiler darah dan mencegah kerusakan sel darah merah akibat racun. Vitamin E  membantu mencegah sterilitas dan destrofi otot.
Vitamin E banyak digunakan untuk tujuan melawan kekeringan pada kulit, sebagai produk tabir surya. Produk –produk tabir surya yang terbaik adalah yang mengandung sekurangnya 1% vitamin E. Riset membuktikan bahwa vitamin E memberikan perlawanan terhadap kekeringan dengan membantu memberikan pelembab natural pada kulit. Apabila digunakan sebelum terkena matahari, vitamin E bisa mencegah kulit kemerahan, bengkak, dan kering. Vitamin E biasanya dipakai sebelum dan sesudah terkena paparan sinar matahari, karena sinar matahari langsung bisa merusak setengah dari suplai vitamin E alami kulit.  Penelitian juga membuktikan bahwa vitamin E bisa mengurangi molekul jahat yang terjadi akibat paparan asap rokok.
Sebagai antioksidan, vitamin E berfungsi melindungi senyawa-senyawa yang mudah teroksidasi, antara lain ikatan rangkap dua pada UFA (Unsaturated Fatty Acid), DNA dan RNA dan ikatan atau gugus – SH (sulfhidril) pada protein. Apabila senyawa-senyawa tersebut teroksidasi, maka akan terbentuk ”radikal bebas”, yang merupakan hasil proses peroksidasi. Radikal bebas yang terjadi akan mengoksidasi senyawa-senyawa protein, DNA, RNA dan UFA. Vitamin E akan bertindak sebagai reduktor dan menangkap radikal bebas tersebut. Vitamin E dalam hal ini berperan sebagai scavenger. Scavenger yang lain selain vitamin E adalah vitamin C, enzim glutation reduktase, desmutase dan perosidase, yang bersifat larut dalam air. Scavenger yang larut dalam lemak adalah vitamin E dan ß-karoten.  
Sumber Vitamin E
            Sumber-sumber yang kaya akan vitamin E antara lain minyak tumbuh-tumbuhan, biji-bijian dan telur. Kolustrum manusia dan sapi mengandung vitamin E sepuluh kali lebih tinggi daripada susunya. Minyak kapas, minyak jagung, dan minyak lembaga gandum mengandung vitamin E sekitar 0,01 – 0,05 persen. Vitamin E dapat pula dibuat secara sintetis. 

My Lengkuas
 
    Lengkuas (Alpinia galanga) is one of the Zingiberaceae family. Based on literature study, it is known that the rhizomes contained phenolic compounds and showed various biological activities which one of them is antioxidant. The purposes of this study were to isolate the phenolic compounds from rhizomes and to know the antioxidant activity of ethyl acetate extract and methanol extract of  these rhizomes. Isolation of phenolic compounds was done by maceration method using various solvents equal n-hexane, ethyl acetate and then methanol. Ethyl acetate extracts obtained were separated using vacuum liquid chromatography followed by gravity column chromatography to get fractions of major components. Fraction obtained from the last separation was tested by FeCl3 1%. This test showed that these fractions contained phenolic compounds. This result was supported by spectrum obtained from TLC-Scanner. Test of antioxidant activity using DPPH reagent showed that ethyl acetate extracts and methanol extracts were active as an antioxidant at a concentration of 2.5 ppm to 125 ppm.

Jumat, 12 Juli 2013

PENGUJIAN KUALITATIF SENYAWA FENOL

  Senyawa Fenol  merupakan senyawa cincin karboaromatik yang tersubtitusi dengan satu gugus hidroksil atau lebih. Secara Kualitatif senyawa ini dapat dilihat dengan Uji sbb:

 1. Uji FeCl3
     Uji ini digunakan untuk mendeteksi senyawa fenol yang sederhana. Uji ini dapat dilakukan dengan cara menambahkan larutan FeCl3 1% yang sudah dilarutkan di dalam air atau etanol kemudian diteteskan ke larutan sampel. Hasil yang  positif menimbulkan warna hijuau,ungu, hitam, biru dan merah.(Harbone, 1987)

2.  Folin-Ciocalteu Reagent (FCR)
    Folin-Ciocalteu Reagen (FCR) merupakan reagen yang digunakan untuk mendeteksi fenol, tetapi di dalam FCR tidak berisikan fenol. Reagen ini bereaksi dengan fenol membentuk kromogen yang dapat di deteksi secara spektrofotometri. FCR juga dapat digunakan sebagai penampak noda dalam metode kromatografi lapis tipis (sigma-aldrich.com).


Minggu, 07 Juli 2013

CHLORAMPHENICOL


   Kloramfenikol  berasal dari bakteri Streptomyces venezuelae yang diisolasi oleh David Gottlieb, dan diperkenalkan ke dalam praktek klinis pada tahun 1949, dengan nama dagang Chloromycetin. Itu merupakan antibiotik pertama yang diproduksi secara sintetis dalam skala besar.

   Kloramfenikol, juga dikenal sebagai chlornitromycin, efektif terhadap berbagai bakteri Gram-positif dan Gram-negatif, termasuk organisme yang paling anaerob. Karena masalah resistensi dan keselamatan, maka tidak ada lagi adi negara maju, dengan pengecualian dari pengobatan topikal konjungtivitis bakteri. Namun demikian, masalah global memajukan resistensi bakteri terhadap obat-obat baru telah menyebabkan minat baru dalam penggunaannya. [1] Di negara-negara berpenghasilan rendah, kloramfenikol masih banyak digunakan karena murah dan tersedia.

Efek samping yang paling serius yang berhubungan dengan pengobatan kloramfenikol adalah toksisitas sumsum tulang, yang dapat terjadi dalam dua bentuk yang berbeda: penekanan sumsum tulang, yang merupakan efek toksik langsung obat dan biasanya reversibel, dan anemia aplastik, yang istimewa (jarang, tak terduga, dan tidak berhubungan dengan dosis) dan umumnya fatal. [2]
murni kloramfenikol