Introduction
Jumat, 08 November 2013
Selasa, 01 Oktober 2013
Rabu, 31 Juli 2013
Fungsi DNA
Dalam perkembangan suatu organisme,
penentuan perkembangan fenotipnya ditentukan oleh protein. Dalam hal ini fungsi
protein ditentukan oleh sekuen asam amino, di mana susunan dari sekuen-sekuen
tersebut ditentukan oleh DNA.
Dalam
menentukan sekuen-sekuen asam amino, DNA mengandung sandi genetik untuk setiap
jenis asam amino. Masing-masing asam amino ditampilkan
oleh 3 pasang basa (triplet) yang disebut dengan kodon. Urutan-urutan kodon
pada sekuen DNA itulah yang mencerminkan urutan asam amino yang akan dirakit
menjadi suatu rantai protein.
Replikasi DNA merupakan proses
perbanyakan DNA, di mana dalam perbanyakan tersebut melibatkan berbagai macam
enzim. Setiap enzim mempunyai fungsi tertentu, misalnya: 1) terdapat enzim yang
menangkap nukleotida 2) enzim yang memasangkan dengan basa sesuai templat 3)
enzim yang membentuk ikatan fosfodiester pada tulang punggung gula fosfat baru
dan sebagainya
Secara garis besar proses terjadinya
sintesis protein mengalami beberapa langkah sebagai berikut.
- DNA menyampaikan informasi ke ribosom, dengan cara
enzim-enzim seluler membuat salinan/copy, sehingga dapat dibaca oleh
ribosom. mRNA yang merupakan salinan copy gen tersebut akan membawa sandi
genetik yang kemudian digunakan untuk mensintesis protein dalam ribosom.
- Kodon pada mRNA dikorelasikan dengan asam amino yang
seharusnya. Tahapan dilakukan oleh tRNA (RNA transfer).
- Asam amino disambungkan untuk
membentuk rantai protein fungsional oleh ribosom, selanjutnya ribosom
melepaskan protein ke dalam sel.
Selasa, 16 Juli 2013
VITAMIN E
Vitamin E ditemukan pada tahun 1922, oleh
Evans dan Bishop, dengan istilah tokoferol (dari bahasa Yunani, tocos
berarti kelahiran anak dan phero berarti mengasuh). Vitamin E adalah
nama umum untuk semua metil-tokol, jadi
istilah tokoferol bekan sinonim dari dari vitamin E, namun pada praktek
sehari-hari, kedua istilah tersebut disinonimkan.
Terdapat
enam jenis tokoferol, α (alfa), ß (beta), γ (gama), δ (delta), ρ (eta), λ
(zeta), yang memiliki aktivitas bervariasi, sehingga nilai vitamin E dari suatu
bahan pangan didasarkan pada jumlah dari aktivitas-aktivitas tersebut.
Tokoferol yang terbesar aktivitasnya adalah tokoferol alfa.
Struktur Vitamin E
Strktur kima tokoferol alfa
diperlihatkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur kimia α -tokoferol
Sifat-sifat vitamin E
Stabilitas kimia vitamin E mudah
berubah akibat pengaruh berbagai zat alami. Minyak tak jenuh, seperti minyak
hati ikan cod, minyak jagung, minyak kacang kedele, minyak biji bunga matahari,
semuanya mempertinggi kebutuhan vitamin E. Hal ini terjadi jika minyak-minyak
tersebut mengalami ketengikan oksidatif dalam makanan. Bila minyak-minyak
tersebut tengik sebelum makanan dimakan, maka berarti telah terjadi kerusakan
vitamin E dalam minyak dan dalam makanan yang mengandung minyak tersebut. Garam-garam besi, seperti
feriklorida, kalium ferrisianida bersifat mengoksidasi tokoferol. Nitrogen
klorida dan klor dioksida pada konsentrasi yang biasa digunakan untuk
memutihkan tepung akan merusak sebagian besar tokoferol yang terdapat dalam
tepung. Pembuatan tepung menjadi roti akan merusak 47% tokoferol yang terdapat
dalam tepung.
Manfaat Vitamin E
Fungsi metabolik
vitamin E dalam tubuh antara lain (1) sebagai antioksidan; (2) dalam pernapasan
jaringan normal, berperan membantu fungsi sistem sitokrom oksidase atau untuk
melindungi susunan lipida di dalam mitokondria dari kerusakan oksidasi; (3)
dalam reaksi fosforilasi normal, terutama ikatan energi fosfat, seperti kreatin
fosfat dan adenosin fosfat; (4) dalam metabolisme asam nukleat; (50 dalam
sintesis vitamin C, dan (6) dalam metabolisme asam amino bersulfur.
Fungsi utama vitamin E
di dalam tubuh adalah sebagai antioksidan alami yang mambuang radikal bebas dan
molekul oksigen. Secara partikular, vitamin E juga penting dalam mencegah
peroksidasi membran asam lemak tak jenuh. Vitamin E dan C berhubungan dengan
efektifitas antioksidan masing-masing. Alfa-tokoferol yang aktif dapat
diregenerasi dengan adanya interaksi dengan vitamin C yang menghambat oksidasi
radikal bebas peroksi. Alternatif lain, alfa tokoferol dapat membuang dua
radikal bebas peroksi dan mengkonjugasinya menjadi glukuronat ketika ekskresi
di ginjal.
Vitamin E adalah
vitamin yang larut dengan baik dalam lemak dan melindungi tubuh dari radikal
bebas. Vitamin E juga berfungsi mencegah penyakit hati, mengurangi kelelahan, membantu memperlambat penuaan
karena vitamin E berperan dalam suplai
oksigen ke darah sampai dengan ke seluruh organ tubuh. Vitamin E juga
menguatkan dinding pembuluh kapiler darah dan mencegah kerusakan sel darah
merah akibat racun. Vitamin E membantu
mencegah sterilitas dan destrofi otot.
Vitamin E
banyak digunakan untuk tujuan melawan kekeringan pada kulit, sebagai produk
tabir surya. Produk –produk tabir surya yang terbaik adalah yang mengandung
sekurangnya 1% vitamin E. Riset membuktikan bahwa vitamin E memberikan
perlawanan terhadap kekeringan dengan membantu memberikan pelembab natural pada
kulit. Apabila digunakan sebelum terkena matahari, vitamin E bisa mencegah
kulit kemerahan, bengkak, dan kering. Vitamin E biasanya dipakai sebelum dan
sesudah terkena paparan sinar matahari, karena sinar matahari langsung bisa
merusak setengah dari suplai vitamin E alami kulit. Penelitian juga membuktikan bahwa vitamin E
bisa mengurangi molekul jahat yang terjadi akibat paparan asap rokok.
Sebagai
antioksidan, vitamin E berfungsi melindungi senyawa-senyawa yang mudah
teroksidasi, antara lain ikatan rangkap dua pada UFA (Unsaturated Fatty Acid),
DNA dan RNA dan ikatan atau gugus – SH (sulfhidril) pada protein. Apabila
senyawa-senyawa tersebut teroksidasi, maka akan terbentuk ”radikal bebas”, yang
merupakan hasil proses peroksidasi. Radikal bebas yang terjadi akan
mengoksidasi senyawa-senyawa protein, DNA, RNA dan UFA. Vitamin E akan
bertindak sebagai reduktor dan menangkap radikal bebas tersebut. Vitamin E
dalam hal ini berperan sebagai scavenger. Scavenger yang lain selain vitamin E
adalah vitamin C, enzim glutation reduktase, desmutase dan perosidase, yang
bersifat larut dalam air. Scavenger yang larut dalam lemak adalah vitamin E dan
ß-karoten.
Sumber Vitamin E
Sumber-sumber yang kaya akan
vitamin E antara lain minyak tumbuh-tumbuhan, biji-bijian dan telur. Kolustrum
manusia dan sapi mengandung vitamin E sepuluh kali lebih tinggi daripada
susunya. Minyak kapas, minyak jagung, dan minyak lembaga gandum mengandung
vitamin E sekitar 0,01 – 0,05 persen. Vitamin E dapat pula dibuat secara
sintetis.
My Lengkuas
Lengkuas (Alpinia galanga) is
one of the Zingiberaceae family. Based on literature study, it is known that
the rhizomes contained phenolic compounds and showed various biological
activities which one of them is antioxidant. The purposes of this study were to
isolate the phenolic compounds from rhizomes and to know the antioxidant
activity of ethyl acetate extract and methanol extract of these rhizomes. Isolation of phenolic
compounds was done by maceration method using various solvents equal n-hexane,
ethyl acetate and then methanol. Ethyl acetate extracts obtained were separated
using vacuum liquid chromatography followed by gravity column chromatography to
get fractions of major components. Fraction obtained from the last separation
was tested by FeCl3 1%. This test showed that these fractions
contained phenolic compounds. This result was supported by spectrum obtained
from TLC-Scanner. Test of antioxidant activity using DPPH reagent showed that
ethyl acetate extracts and methanol extracts were active as an antioxidant at a
concentration of 2.5 ppm to 125 ppm.
Jumat, 12 Juli 2013
PENGUJIAN KUALITATIF SENYAWA FENOL
Senyawa Fenol merupakan senyawa cincin karboaromatik yang tersubtitusi dengan satu gugus hidroksil atau lebih. Secara Kualitatif senyawa ini dapat dilihat dengan Uji sbb:
1. Uji FeCl3
2. Folin-Ciocalteu Reagent (FCR)
1. Uji FeCl3
Uji ini digunakan untuk mendeteksi senyawa fenol yang sederhana. Uji ini dapat dilakukan dengan cara menambahkan larutan FeCl3 1% yang sudah dilarutkan di dalam air atau etanol kemudian diteteskan ke larutan sampel. Hasil yang positif menimbulkan warna hijuau,ungu, hitam, biru dan merah.(Harbone, 1987)
Folin-Ciocalteu Reagen (FCR) merupakan reagen yang digunakan untuk mendeteksi fenol, tetapi di dalam FCR tidak berisikan fenol. Reagen ini bereaksi dengan fenol membentuk kromogen yang dapat di deteksi secara spektrofotometri. FCR juga dapat digunakan sebagai penampak noda dalam metode kromatografi lapis tipis (sigma-aldrich.com).
Minggu, 07 Juli 2013
CHLORAMPHENICOL
Kloramfenikol berasal dari bakteri Streptomyces venezuelae yang diisolasi oleh David Gottlieb, dan diperkenalkan ke dalam praktek klinis pada tahun 1949, dengan nama dagang Chloromycetin. Itu merupakan antibiotik pertama yang diproduksi secara sintetis dalam skala besar.
Kloramfenikol, juga dikenal sebagai chlornitromycin, efektif terhadap berbagai bakteri Gram-positif dan Gram-negatif, termasuk organisme yang paling anaerob. Karena masalah resistensi dan keselamatan, maka tidak ada lagi adi negara maju, dengan pengecualian dari pengobatan topikal konjungtivitis bakteri. Namun demikian, masalah global memajukan resistensi bakteri terhadap obat-obat baru telah menyebabkan minat baru dalam penggunaannya. [1] Di negara-negara berpenghasilan rendah, kloramfenikol masih banyak digunakan karena murah dan tersedia.
Efek samping yang paling serius yang berhubungan dengan pengobatan kloramfenikol adalah toksisitas sumsum tulang, yang dapat terjadi dalam dua bentuk yang berbeda: penekanan sumsum tulang, yang merupakan efek toksik langsung obat dan biasanya reversibel, dan anemia aplastik, yang istimewa (jarang, tak terduga, dan tidak berhubungan dengan dosis) dan umumnya fatal. [2]
murni kloramfenikol
Langganan:
Postingan (Atom)